Tuesday, 25 October 2016

SALAM, Pendidikan Alternatif

 Sanggar Anak Alam
Di sela jam kosong perkuliahan, kami mengisi dengan melakukan observasi di salah satu komunitas belajar, Salam (Sanggar Anak Alam). Tempat tersebut terletak di desa Nitiprayan Rt 04 Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Komunitas belajar ini melangsungkan pembelajaran diruang terbuka (alam) agar mereka tidak terasing dengan sekitar mereka.
Salam, “sekolah keluarga”, dalam sebuah diskusi muncul pertanyaan tentang kurikulum yang diterapkan di tempat belajar tersebut. Mas Yudhis, seorang fasilitator menjelaskan tentang kurikulum yang terbagi menjadi dua jenis yaitu kurikulum yang dibuat dan kurikulum yang tidak dibuat. Kurikulum yang dibuat termasuk membuat strategi, media, dan metode digunakan untuk mengolah input (anak, orang tua, fasilitator, dan masyarakat). Sedangkan kurikulum yang tidak dibuat, Mas Yudhis mengilustrasikan kurikulum yang diterapkan sebagai peristiwa atau daur belajar.
 
Kami diajak untuk langsung menggunakan pola belajar yang mereka gunakan dalam komunitas tersebut. Mas Yudhis mengambil sampel “botol” sebagai bahan untuk belajar. Pada mulanya kami diajak untuk melakukan (terlibat langsung dalam kegiatan belajar). Kemudian kami diajak untuk mengungkap data apa yang telah kami amati yaitu botol. Sebagian dari kami mengungkap data yang kami lihat sebagai botol, tetapi juga ada yang mengungkapkan sebagai tempat air minum. Dari hal tersebut, dapat diambil hipotesis bahwa ungkapan data dari setiap individu berbeda. Seperti halnya yang dilakukan di Salam, mereka menghargai setiap perbedaan yang muncul pada setiap anak alam atau peserta belajar .
Selanjutnya, pada tahap olah data kami mendisukusikan mengapa benda yang kami lihta itu bernama botol atau tempat air minum. Setelah itu kami membuat sebuah kesepakatan bahwa yang kami amati dapat diungkapkan dengan nama botol atau tempat air minum. Kemudian kami menerapkan apa yang menjadi kesimpulan dari olah data tersebut bahwa jika ada benda seperti apa yang kami lihat bernama botol atau tempat air minum. Seperti itulah daur belajar yang diterapkan dalam komunitas belajar di Salam.
Hanya dengan menggunakan botol tersebut maka mereka dapat belajar mengenai berbagai macam mata pelajaran. Sebagai contoh pada mata pelajaran Geografi, kita dapat mengetahui lokasi pembuatan botol, lokasi bahan baku botol, membuat peta pembuatan botol di Indonesia maupun di dunia, dan lain-lain. Sedangkan pada mata pelajaran Matematika, kita dapat mengetahui volume botol tersebut dan tinggi botol. Sedangkan pada materi IPA, kita dapat mengetahui bahan baku pembuatan botol dan proses pengolahan air yang dapat diminum. Begitu pula pada mata kuliah Desain Produk, kita dapat mengetahui seperti apa bentuk dan desain botol yang menarik. Jadi, kurikulum yang tidak dibuat ini dapat diterapkan bagi setiap jenjang pendidkan hanya muatan materi tidak kompleks dan detail di tingkat yang semakin tinggi. 
Salam, bagi kami menambah cakrawala mengenai pendidikan di Indonesia bahwa tidak setiap pembelajaran dilakukan di ruang yang tertutup dan mengharuskan “kaku” pada materi yang diberikan guru. Salah satu alternatif mengenai pendidikan yang dapat dilakukan karna belajar itu tidak terbatas dengan usia, ruang, dan waktu.

No comments:

Post a Comment