Di sela jam
kosong perkuliahan, kami mengisi dengan melakukan observasi di salah satu
komunitas belajar, Salam (Sanggar Anak Alam). Tempat tersebut terletak di desa
Nitiprayan Rt 04 Jomegatan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul. Komunitas belajar ini
melangsungkan pembelajaran diruang terbuka (alam) agar mereka tidak terasing
dengan sekitar mereka.
Salam, “sekolah
keluarga”, dalam sebuah diskusi muncul pertanyaan tentang kurikulum
yang diterapkan di tempat belajar tersebut. Mas Yudhis, seorang fasilitator
menjelaskan tentang kurikulum yang terbagi menjadi dua jenis yaitu kurikulum
yang dibuat dan kurikulum yang tidak dibuat. Kurikulum yang dibuat termasuk
membuat strategi, media, dan metode digunakan untuk mengolah input (anak, orang
tua, fasilitator, dan masyarakat). Sedangkan kurikulum yang tidak dibuat, Mas
Yudhis mengilustrasikan kurikulum yang diterapkan sebagai peristiwa atau daur
belajar.
Kami diajak
untuk langsung menggunakan pola belajar yang mereka gunakan dalam komunitas
tersebut. Mas Yudhis mengambil sampel “botol” sebagai bahan untuk belajar. Pada
mulanya kami diajak untuk melakukan (terlibat langsung dalam kegiatan belajar).
Kemudian kami diajak untuk mengungkap data apa yang telah kami amati yaitu
botol. Sebagian dari kami mengungkap data yang kami lihat sebagai botol, tetapi
juga ada yang mengungkapkan sebagai tempat air minum. Dari hal tersebut, dapat
diambil hipotesis bahwa ungkapan data dari setiap individu berbeda. Seperti
halnya yang dilakukan di Salam, mereka menghargai setiap perbedaan yang muncul
pada setiap anak alam atau peserta belajar .
Selanjutnya,
pada tahap olah data kami mendisukusikan mengapa benda yang kami lihta itu
bernama botol atau tempat air minum. Setelah itu kami membuat sebuah
kesepakatan bahwa yang kami amati dapat diungkapkan dengan nama botol atau
tempat air minum. Kemudian kami menerapkan apa yang menjadi kesimpulan dari
olah data tersebut bahwa jika ada benda seperti apa yang kami lihat bernama
botol atau tempat air minum. Seperti itulah daur belajar yang diterapkan dalam
komunitas belajar di Salam.
Hanya dengan
menggunakan botol tersebut maka mereka dapat belajar mengenai berbagai macam
mata pelajaran. Sebagai contoh pada mata pelajaran Geografi, kita dapat
mengetahui lokasi pembuatan botol, lokasi bahan baku botol, membuat peta
pembuatan botol di Indonesia maupun di dunia, dan lain-lain. Sedangkan pada
mata pelajaran Matematika, kita dapat mengetahui volume botol tersebut dan
tinggi botol. Sedangkan pada materi IPA, kita dapat mengetahui bahan baku
pembuatan botol dan proses pengolahan air yang dapat diminum. Begitu pula pada
mata kuliah Desain Produk, kita dapat mengetahui seperti apa bentuk dan desain
botol yang menarik. Jadi, kurikulum yang tidak dibuat ini dapat diterapkan bagi
setiap jenjang pendidkan hanya muatan materi tidak kompleks dan detail di
tingkat yang semakin tinggi.
Salam, bagi kami menambah cakrawala mengenai
pendidikan di Indonesia bahwa tidak setiap pembelajaran dilakukan di ruang yang
tertutup dan mengharuskan “kaku” pada materi yang diberikan guru. Salah satu
alternatif mengenai pendidikan yang dapat dilakukan karna belajar itu tidak
terbatas dengan usia, ruang, dan waktu.
No comments:
Post a Comment